Bersiap Hadapi Bencana Alam

BMKG Lakukan Langkah Antisipasi Pra Gempa Bumi Dan Tsunami

BMKG Lakukan Langkah Antisipasi Pra Gempa Bumi Dan Tsunami

Foto Ilustrasi Jalan Raya Mengalami Keretakan dan Longsor akibat Gempa Bumi

JAKARTA AKTUALDETIK.COM - Gencarnya pemberitaan terkait Guncangan Gempa Bumi dan erupsi gunung Merapi hampir di seluruh wilayah Indonesia, membuat BMKG lakukan langkah antisipasi, guna menghadapi kemungkinan yang lebih buruk, 30/11/2020.

Hal ini juga diperparah, setelah adanya temuan riset yang dilakukan oleh ahli ITB, dan bocor ke publik, sehingga menyebabkan adanya kepanikan di kalangan masyarakat.

Diketahui bahwa pihak ITB menyampaikan maksud tujuan penelitiannya, dengan meyakinkan masyarakat, bahwa hal itu dilakukannya hanyalah untuk persiapan, apabila nantinya bencana itu muncul, Negara siap menghadapi.

Selanjutnya dikabarkan, bahwa atas hal itu, BMKG pun Diketahui akan melakukan latihan, yang disebut mitigasi dan evakuasi untuk persiapkan diri menghadapi peristiwa yang sangat menghantui seluruh masyarakat itu.

Diakui oleh BMKG, bahwa beberapa waktu terakhir Indonesia sangat sering dilanda gempabumi baik dalam skala kecil maupun besar. Karena itu BMKG menginginkan latihan ini jadi acuan jika suatu saat terjadi bencana.

Bahkan kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyatakan pentingnya melaksanakan gladi evakuasi gempa bumi dan tsunami, mengingat terjadi lonjakan kejadian gempabumi dalam beberapa tahun terakhir.

"Kejadian gempabumi sebelum tahun 2017 rata-rata hanya 4000-6000 kali dalam setahun, yang dirasakan atau kekuatannya lebih dari 5 sekitar 200-an. Namun setelah tahun 2017 jumlah kejadian itu meningkat menjadi lebih dari 7000 kali dalam setahun. Bahkan tahun 2018 tercatat sebanyak 11.920 kali kejadian gempa. Ini namanya bukan peningkatan, tapi sebuah lonjakan," jelas Dwikorita, dalam pernyataan resmi, beberapa waktu lalu.

Diketahui, BMKG bersama dengan 24 negara lain serentak melakukan IOWave20, latihan mitigasi dan evakuasi dalam merespons sistem peringatan dini tsunami.

Kegiatan dua tahunan itu diselenggarakan oleh Inter-governmental Coordination Group-Indian Ocean Tsunami Warning Mitigation System (ICG-IOTWMS)-UNESCO.

Menurut Dwikorita hal tersebut perlu diwaspadai, karena sebagian besar tsunami yang terjadi di dunia dipicu oleh gempa bumi.

Oleh karena itu, perlu diperkuat sistem mitigasi gempabumi dan tsunami mengingat hingga saat ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi kapan terjadinya gempa bumi.

"Jadi intinya kita harus selalu waspada dan siap apabila sewaktu-waktu terjadi gempa bumi dan tsunami. Inilah yang membuat kita harus selalu berlatih agar kita terampil cekatan, tidak canggung, tidak panik, dan tahu apa yang harus dilakukan seandainya terjadi gempabumi dan tsunami," lanjutnya. Dwikorita menambahkan, Sistem Informasi Gempa bumi dan Peringatan Dini

Informasi tsunami telah dibangun di Indonesia sejak tahun 2008, dengan memasang ratusan jaringan sensor gempabumi yang diperkuat dengan Internet of Things (IoT), Super Computer dan Artificial Intelliget (AI), dan dilengkapi dengan Pemodelan Matematis untuk memantau kejadian gempabumi dan memprediksi Potensi Kejadian Tsunami sebagai akibat dari gempabumi tersebut.

Sistem Peringatan Dini ini dirancang terutama untuk mengantisipasi kejadian gempabumi Megathrust dengan skenario waktu kedatangan tsunami dalam waktu 20 menit.

"Latihan ini sangat tepat untuk melatih kecepatan kita dan menguji kecepatan kita dalam merespon peringatan dini, yang sekaligus juga menguji keandalan sistem peringatan dini tersebut."

"Apakah WRS New Generation yang baru dipasang bisa memberikan informasi yang cepat tepat dan akurat. Apakah sirine yang dipasang di wilayah rawan gempa dan tsunami dalam kondisi yang baik. Dan yang paling penting, apakah petugas di pemerintah daerah misal BPBD atau Pusdalop benar-benar sudah siaga 24 jam dalam menjalankan perintah evakuasi," imbuh Dwikorita.

"Untuk keberhasilan sistem ini dalam mencegah korban jiwa, kesiapan seluruh pihak baik di Pusat serta Pemerintah Daerah dan masyarakat setempat dalam merespon Peringatan Dini untuk penyelamatan diri di daerah rawan perlu selalu ditingkatkan, melalui edukasi dan pelatihan ataupun gladi evakuasi, juga penyiapan peta, jalur dan tempat evakuasi yang memadai," tambah Dwikorita

Mengakhiri sambutannya, ia meminta peserta kegiatan IOWave20 untuk semangat dan fokus. Dwikorita menegaskan peserta yang berperan sebagai Pelaku, Fasilitator, Observer dan Tim After Action Review (AAR) adalah kunci dari kesiapsiagaan bencana tsunami di Indonesia.

"Mari berpartisipasi dalam IOwave20 untuk membangun kesiapan menghadapi tsunami di masa pandemi," tutup Dwikorita.

(Syamsul)

Bagi masyarakat yang memiliki informasi atau mengetahui kejadian/peristiwa dimanapun atau ingin berbagi foto dan video, silakan dikirim ke nomor WA:  0812 6830 5177 - Atau EMAIL redaksi : [email protected].
JANGAN LUPA 
Mohon dilampirkan data pribadi


 

Komentar Via Facebook :