Keadaan & Catatan Aksi Iklim Indonesia, Perlu Diketahui
Copyright
JAKARTA, AKTUALDETIK.COM,- Dunia berada dalam keadaan darurat iklim menurut Sekretaris Jenderal PBB. Konsentrasi emisi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer mendatangkan malapetaka di seluruh dunia dan mengancam kehidupan, ekonomi, kesehatan, dan makanan.
Rumah kaca adalah bangunan yang dinding dan atapnya terbuat dari kaca dengan tujuan agar panas dari sinar matahari yang ditangkap pada siang hari, terperangkap di dalam bangunan sehingga pada malam hari suhu di dalam bangunan tetap hangat. Hal ini biasa dilakukan oleh petani di negara empat musim agar kegiatan bercocok tanam dapat tetap berjalan walapun suhu pada malam hari menjadi dingin.
Pada prinsipnya, efek rumah kaca sama dengan kondisi yang terjadi pada rumah kaca, dimana panas matahari terjebak di atmosfer bumi dan menyebabkan suhu bumi menjadi hangat. Gas-gas di atmosfer yang dapat menangkap panas matahari disebut gas rumah kaca. Yang termasuk gas rumah kaca yang ada di atmosfer antara lain adalah karbon dioksida (CO2), nitrogen dioksida (N2O), metana (CH4), dan freon (SF6, HFC dan PFC).
Secara alamiah, gas rumah kaca dihasilkan dari kegiatan manusia sehari-hari, namun sejak tahun 1950-an emisi gas CO2 meningkat secara drastis yang disebabkan oleh semakin majunya industri yang berbanding lurus dengan konsumsi energi. Sumber penghasil gas rumah kaca seringkali kita jumpai di sekeliling kita, misalnya penggunaan energi listrik, aktivitas menggunakan kendaraan bermotor, juga membakar sampah.
Bahkan dalam sepiring makanan kita dapat ditelaah sumber karbon yang merupakan penyumbang gas rumah kaca. Nasi dan sayuran berasal dari pertanian yang menggunakan pestisida, daging berasal dari peternakan dimana kotoran hewannya menghasilkan gas metana. Limbah makanan dari sisa makanan yang membusuk juga menghasilkan gas metana.
Efek rumah kaca sejatinya dibutuhkan untuk menjaga suhu bumi, supaya perbedaan suhu antara siang dan malam tidak terlalu besar. Namun efek rumah kaca yang berlebihan akan menyebabkan pemanasan global dimana suhu di bumi akan naik secara signifikan yang ditandai dengan hal-hal antara lain mencairnya es di kutub, rusaknya ekosistem, naiknya ketinggian permukaan air laut dan perubahan iklim yang ekstrim.
Dunia masih jauh dari menurunkan kenaikan suhu global di bawah 2°C seperti yang dijanjikan dalam Perjanjian Paris. Dengan baseline pada tahun 1990, beberapa negara menghasilkan lebih banyak, beberapa sama dan yang lain bahkan lebih sedikit.
Catatan Aksi Iklim UNEP menunjukkan keadaan global darurat iklim dan perkembangannya.
Berdasarkan data dari UNEP, Indonesia menghasilkan 1,074,2 ton Emisi gas rumah kaca dari 2018.
Untuk membatasi kenaikan suhu global di bawah 2°C dengan target 1,5°C, seperti yang dijanjikan dalam Perjanjian Paris, negara-negara harus mengurangi 30 gigaton emisi GRK setiap tahun hingga tahun 2030.
Solusi yang diperlukan ada, namun saat ini lebih banyak emisi memasuki atmosfer sehingga mempersulit untuk menjaga planet ini tetap aman.
UNEP menunjukkan jejak karbon per kapita di negara Indonesia, bahwa Indonesia menghasilkan 4,0 ton emisi gas rumah kaca per kapita dari 2018.
1 persen orang terkaya di dunia mengeluarkan lebih dari dua kali lipat emisi gabungan daripada separuh penduduk termiskin. Itulah sebabnya negara-negara maju harus melangkah untuk melakukan pengurangan emisi skala besar dan cepat dan mendukung negara-negara berkembang ketika mereka membangun ekonomi rendah karbon dan membuat adaptasi iklim yang memadai.
Tren menunjukkan juga bahwa sejak tahun 1970 hingga 2018 peningkatan emisi gas rumah kaca mengalami kenaikan dari 204 juta ton hingga 1,074 juta ton di 2018.
Dimungkinkan untuk tetap berada di bawah 2°C dengan target kenaikan suhu 1,5°C sebagaimana diatur dalam Perjanjian Paris menggunakan solusi yang ada.
Itu termasuk energi terbarukan, hidrogen hijau dan bioenergi modern subsidi dan dukungan pemerintah dapat diarahkan untuk mendorong kebijakan rendah karbon dan hijau. Meningkatkan upaya transisi hijau dan mengurangi emisi GRK lima kali lipat sangat penting.
Emisi GRK dari semua negara dunia - Laporan 2021 menggunakan Basis Data Emisi untuk Penelitian Atmosfer Global , yang mengelompokkan negara-negara tertentu untuk alasan statistik: Swiss dan Liechtenstein; Sudan dan Sudan Selatan; Spanyol dan Andorra; Serbia dan Montenegro; Saint Helena, Ascension dan Tristan da Cunha; Italia, San Marino dan Holy See ; Israel dan Negara Palestina; Prancis dan Monako.



Komentar Via Facebook :