Penanganan Wabah Penyakit
Wabup Rohil Ajak Masyarakat dan Seluruh Stake Holder Bersatu Melawan Malaria

Foto : Wakil Bupati (Wabup) Rokan Hilir, Jhony Charles pada saat memimpin langsung rapat koordinasi lintas sektor
Aktualdetik.com - Dalam upaya mengintensifkan penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) Malaria yang tengah melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Rokan Hilir, Wakil Bupati (Wabup) Rokan Hilir, Jhony Charles, memimpin langsung rapat koordinasi lintas sektor guna mengevaluasi situasi terkini serta menyusun langkah strategis percepatan penanggulangan malaria.
Dalam rapat yang berlangsung di ruang rapat Kantor Bupati tersebut, Wabup menyerukan keterlibatan aktif seluruh unsur masyarakat dan pemangku kepentingan (stakeholder) untuk bersatu menghadapi ancaman wabah yang dapat berdampak serius terhadap kesehatan publik ini.
Dalam arahannya, Wabup Jhony Charles secara tegas meminta agar seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang mengelola Belanja Tidak Terduga (BTT) segera menyusun rencana operasional yang komprehensif dalam penanganan malaria. Ia menekankan bahwa pendekatan struktural harus disertai dengan perubahan budaya masyarakat, khususnya terkait pola hidup bersih dan pengelolaan sampah rumah tangga.
“Setiap kantor dinas harus memiliki tempat sampah. Kita tidak bisa memberantas malaria tanpa mengubah kebiasaan. Harus ada edukasi masif melalui media visual seperti poster-poster imbauan kepada masyarakat,” ujar Wabup saat memimpin rapat KLB Malaria di lantai empat kantor Bupati, Bagansiapiapi, Rokan Hilir, Riau, pada Senin (28/7/2025).
Jhony Charles menyoroti fenomena pembuangan sampah ke laut oleh kapal-kapal nelayan, yang menurutnya telah menjadi salah satu sumber utama pencemaran lingkungan pesisir. Ia secara khusus menyinggung wilayah Penipahan yang dinilainya mengalami akumulasi sampah yang parah, terutama saat air laut pasang surut hingga ke pemukiman warga.
“Jika kebiasaan membuang sampah ke laut tidak dihentikan, maka garis pantai kita akan terus dipenuhi limbah. Saya prihatin dengan kondisi Penipahan, yang tumpukan sampahnya bisa memperburuk penyebaran malaria. Ini harus kita tangani serius,” tegasnya.
Wabup juga menginstruksikan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Dinas Perikanan untuk melakukan sosialisasi langsung kepada para nelayan agar tidak lagi membuang sampah ke laut. Selain itu, ia mengimbau para kepala desa untuk menggalang partisipasi masyarakat dalam kegiatan gotong royong serta memastikan setiap rumah memiliki fasilitas tempat sampah.
“Jika diperlukan, segera terbitkan surat edaran terkait penanganan malaria. Kita harus menyusun mekanisme teknis di tingkat puskesmas pembantu (pustu) — saat ini tercatat ada 1.045 pustu di seluruh kabupaten — agar pelayanannya sesuai standar,” jelasnya.
Aspek ketersediaan obat-obatan serta mutu layanan di pustu juga menjadi perhatian. Wabup menekankan perlunya pengawasan secara menyeluruh, termasuk keterlibatan pemerintah desa dalam memastikan bahwa fasilitas pustu berfungsi dengan baik dan layak melayani masyarakat.
“Jangan ada lagi toleransi untuk perilaku membuang sampah ke laut. Kalau perlu, terapkan sanksi denda. Camat-camat harus menggerakkan APDESI untuk bergotong royong, terutama wilayah pesisir seperti Kubu, Kubu Babussalam, Bangko, Pasir Limau Kapas, dan Sinaboi,” imbuhnya.
Sebagai bagian dari strategi komunikasi publik, Wabup juga meminta Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) untuk memproduksi konten video edukatif terkait KLB malaria dan menyebarkannya melalui berbagai platform digital seperti Instagram, TikTok, dan Facebook, guna meningkatkan kesadaran masyarakat secara luas.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Suwandi, menyampaikan bahwa pihaknya tengah merekrut tenaga kebersihan dari masyarakat lokal sebagai bagian dari pemberdayaan komunitas sekaligus penguatan pengelolaan lingkungan.
Saat ini, DLH telah menangani persoalan sampah di kawasan Bangko, Sinaboi, dan Pasir Limau Kapas. Selanjutnya, kegiatan penanganan akan dilanjutkan ke wilayah Pulau Halang Muka dan Pulau Halang Belakang, dengan jadwal kerja intensif selama lima hari.
“Kami komit untuk menurunkan tim langsung ke lapangan. Pembersihan akan difokuskan pada titik-titik rawan pencemaran yang berpotensi menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk malaria,” pungkas Suwandi.
Komentar Via Facebook :