Dokter Bedah Syaraf Bicara Bahaya Tiktok

Waspada Tiktok Bisa Membunuhmu

Waspada Tiktok Bisa Membunuhmu

Dokter Tedy Apriawan

Waspada Tiktok Bisa Membunuhmu

SURABAYA AKTUALDETIK.COM - Era teknologi saat ini bukan saja memudahkan sistem komunikasi, melainkan ada hal lain yang lebih menghebohkan dunia, yakni permainan video Tiktok. Video Tiktok yang lagi booming saat ini ternyata berdasarkan analisis pihak yang berkompeten, seperti salah satu Dokter Bedah Syaraf, Tedy Apriawan SpBS(K) dari RSUD. Budi Utomo Surabaya. 

Menurutnya, jika dilihat dari Skull Breaker Challenge, maka penggunaan Tiktok itu di prediksi bisa kehilangan nyawa seketika.  Sayangnya beberapa tantangan gerakan di video TikTok bisa menyebabkan kematian, salah satunya yaitu Skull Breaker Challenge.

Tantangan yang bermula di Venezuela ini melibatkan tiga siswa. Saat satu siswa yang berada di tengah melakukan gerakan melompat, kedua siswa lainnya yang berada di sisi menjegal kedua kaki anak tersebut. Siswa yang berada di tengah tersebut lantas jatuh dengan kepala terhantam lantai.

Berkaitan dengan hal itu, dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, dr Tedy Apriawan SpBS(K) mengungkapkan dampak challenge Tiktok terhadap saraf.

Jika dilihat dari Skull Breaker Challenge, bagian tubuh yang langsung mengenai lantai adalah bagian kepala belakang.

Dokter bedah saraf yng jug berpraktek di RSUD Dr Soetomo Divisi Neurotrauma dan Neuroinfeksi ini menjelaskan bahwa di bagian kepala belakang terdapat lobus oksipital atau pusat penglihatan dan cerebellum atau otak kecil yang berfungsi sebagai pusat keseimbangan, tonus otot dan kontraktilitas dari koordinasi gerakan.

Dilihat dari video tersebut, ia menjelaskan benturan yang terjadi selain pada bagian kepala belakang, juga mengenai tulang leher, tulang belakang bagian dada, dan tulang belakang bagian punggung.

“Kalau terjadi benturan atau trauma, dampaknya bisa menyebabkan fraktur (patah tulang) dan juga kematian secara langsung,” ungkap Tedy.

Salah satu video tersebut bahkan memperlihatkan kematian secara langsung setelah dijatuhkan.

Tedy menjelaskan, kematian tersebut terjadi disebabkan oleh pendarahan di dalam otak yang disebut pendarahan Epidural Hematome.

“Kalau kena fraktur di patah tulang leher, sumsum tulangnya patah, langsung jantung berhenti, atau langsung koma. Jantungnya masih bisa berdetak, istilahnya mati batang otak,” imbuhnya.

Sebelum challenge yang sempat viral, kejadian serupa adalah tindakan siswa yang sering menarik kursi ketika temannya mau duduk hingga menyebabkan jatuh.

Tedy menjelaskan, candaan tersebut nantinya akan terasa pada lima tahun ke depan.

“Kalau jatuhnya duduk bisa patah di tulang belakang bagian punggung maupun bagian belakang dada. Kalau sampai patah, bisa lumpuh kedua kaki,” paparnya.

Selain itu, kegiatan anak yang turun tangga sambil duduk, jika terkena jaringan diskus akan terjadi saraf kejepit.

Editor : Feri Sibarani

Komentar Via Facebook :