Berjuang Ditengah Pandemi Covid 19
Kisah Hidup M Ridwan, Pembakar Arang di Tanah Garapan Tanjung Pinang

Foto : M. Ridwan Dan kondisinya dalam menggeluti usaha pembuatan arang di tanah garapan batu 14 tanjung pinang
TANJUNG PINANG AKTUALDETIK.COM - Kisah seorang pria tua bernama M. Ridwan, (60), yang tinggal di tanah garapan, batu 14, berjuang hidup ditengah wabah pendemi Covid 19 dengan usaha mengubah "batok" kelapa menjadi arang. Jumat, 5/3/2021.
Walau harus menanggung kebutuhan hidup seluruh anggota keluarganya, dan biaya sekolah 3 orang anaknya, ditengah krisis ekonomi karena akibat virus Corona, namun semangat M.Ridwan, selaku kepala keluarga tidak pernah patah arang, melainkan terus gigih dalam perjuangan hidup.
Awalnya lelaki kelahiran Sungai Intan tahun 1960 itu membuka usaha tersebut secara tidak sengaja. Dalam penuturan kisahnya, kepada awak media ini, M.Ridwan, menjelaskan ia mengawali usaha kecilnya saat ia bekerja di gudang kelapa bintan plaza batu 3 Tanjungpinang.
"Saya jaga gudang dan juga jadi supir saya lihat tempurung kelapanya dibuang-buang, terpikirlah dibenak saya untuk menjadikannya arang," bebernya.
Selanjutnya, M. Ridwan pun mengatakan Ia pun minta izin kepada pemilik tempurung kelapa tersebut, agar batok-batok kelapa tersebut dia ubah menjadi arang. Akhirnya sang pengusaha gudang kelapa pun merespon baik, Ibarat pepatah, "gayung bersambut" iman begitu ia akrab disapa membawa tempurung-tempurung itu lalu mengolahnya menjafi arang.
,"Setelah itu tempurungnya tidak langsung laku. Masih saya biarkan saja. Lalu secara tak sengaja lewatlah orang madura penjual sapi. Lalu dia membeli arang saya dengan harga Rp.1200/kg. Lalu menyebarlah dari mulut kemulut," katanya.
Akhirnya arang tempurung itu pun dalam jangka 3 bulan habis. Iman mulai berpikir bagaimana cara menyediakan bahan baku untuk membuat arang tempurung. Karena usaha kecilnya terlihat menjanjikan, niat tersebut semakin menjadi-jadi, seiring sudah semakin banyaknya konsumen, semisal pedagang otak-otak pun melirik dan mengunakan arang buatannya untuk memangang otak-otak.
"Mereka awalnya membeli sebanyak 2 kantong. 1 kantong beratnya 5 kg," urainya lagi.
Sehubungan semakin luas usaha nya diminati masyarakat, Iman pun terus berinovasi untuk mempertahankan kwalitas agar tetap mendapat tempat dihati konsumennya. Pelan-pelan ia pun menaikkan harga arang tempurungnya menjadi Rp.2500/kg.
Setelah menaikkan harga arang nya, ia pun memperoleh omset sebesar lebih kurang Rp.3 juta. Menurutnya, hasil inilah yang digunakan untuk berbagai kebutuhan hidup termasuk biaya sekolah 3 otang anaknya. Lalu Iman memilih pindah ke batu 14 memboyong seluruh keluarganya. Ditempat baru ini, ia tetap melanjutkan usaha arang tempurungnya.
Dan karena semakin sulitnya bahan baku serta cosh yang mengalami peningkatan, Iman pun menaikkan harga arangnya menjadi Rp.6000/kg.
Dan ditempat barunya ia memasarkan produknya dengan cara door to door, dan hasilnya dirasakan cukup lumayan,
namun, akibat wabah virus corona, kondisi itu pun menyebabkan pendapatannya berkurang.
Dari penuturan M. Ridwan, dari hasil usaha arang nya, biasanya ia dapat memperoleh penghasilan hingga 100 ribu, atau lebih, namun kini dimasa pandemi, hanya bisa mendapatkan dibawah Rp100 ribu. Dijelaskannya, proses pembuatan arang tersebut ternyata cukup rumit. Tempurung terlebih dahulu di bersihkan lalu dimasukan kedalam drum untuk proses pembakaran.
Diketahui, selain untuk menutup biaya rumah tangga, ia mengizinkan keluarganya yang membutuhkan pekerjaan untuk membantunya.
"Masih adalah untungnya setelah kita bagi termasuk dikurangi modal," terangnya.
(Lan)
Komentar Via Facebook :