Kesiapsiagaan Hadapi Bencana La Nina
BPBD Jateng Catat Kasus Bencana Alam, Orang Meninggal, Dan Kerugian Sepanjang 2019

Dari kiri: Dosen Geografi Unnes Semarang, Erni Harini, Sekretaris BPBD Jateng Andi Widagdo, Ketua Komisi E DPRD Jateng, Abdul Hamid.
SEMARANG AKTUALDETIK.COM - Warga Jawa Tengah bersiap menghadapi potensi bencana alam menyusul curah hujan yang terus menunjukkan peningkatan sepanjang akhir Tahun 2020 ini. Tahun lalu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah mencatat adanya 2.179 kasus bencana alam sepanjang 2019 yang mengakibatkan 35 korban meninggal dunia serta kerugian hingga miliaran rupiah.
Potensi kerawanan bencana ini mendorong Pemerintah Jawa Tengah menyiapkan SOP penanganan bencana dengan memperhatikan prosedur keselamatan terhadap covid-19.
Hal ini menjadi isu penting agar tidak menimbulkan bencana di atas bencana. Pengungsian warga terdampak bencana bisa menjadi cluster baru covid-19, sehingga ini menjadi salah satu alasan pentingnya mitigasi dan kesiapan menghadapi fenomena La Nina.
Sektor Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan juga perlu mendapat perhatian selama munculnya potensi bencana serta dampak buruk La Nina. Dimungkinkan, terdapat wilayah yang memiliki keterbatasan bahan pangan karena menurunnya produktivitas pertanian karena mewabahnya Corona virus.
Pada akhirnya, Pemerintah harus berfikir ektra dalam penanggulangan serta penangan bencana di tengah wabah covid-19 saat ini.
"Dalam perubahan iklim atau musim baik musim hujan maupun kemarau tentunya punya persiapan persiapan tersendiri sehingga koordinasi di stakeholder baik Pemprov, Pemkab, ataupun Pemkot akan mempersiapkan apabila terjadi," Ucap Ketua Komisi E DPRD Provinsi Jawa Tengah, Abdul Hamid.
"Menurutnya mau tidak mau perangkat yang dibutuhkan seperti Peralatan, Logistik, Tenaga/ Sumber Daya Manusia, unsur yang terbanyak di relawan harus dikoordinasikan. Sehingga skill kesiapsiagaan ke masyarakat tentunya dengan sosialisasi, ini terus ditetapkan baik dalam kondisi aman maupun tidak," terang Hamid.
Bencana tiap tahun ada pergerakan dalam perubahan iklim, musim tentu saja ada persiapan tersendiri sehingga para Stakehorlder menyediakan peralatan dalam mengantisipasi paling tidak meminimalisir datangnya bencana alam.
Bencana ada yang bisa kita prediksi dan juga ada yang tidak, artinya seperti datangnya musim penghujan sedikit banyak berdampak pada banjir dan tanah longsor," pungkasnya. saat menjadi nara sumber dalam prime topic Dialog bersama Parlemen Jawa Tengah dengan tema "Kesiapsiagaan Hadapi La Nina" yang disiarkan langsung MNC Trijaya FM diruang Side Pool Hotel Gets, jalan MT. Haryono 312 - 316 Kota Semarang, Senin ( 19/10/2020).
Sementara itu Sektetaris BPBD Prov. Jateng, Andi Widagdo mengungkapkan terkait dengan persiapan, beberapa agenda kita telah kita laksanakan. Kita sudah melakukan mitigasi melalui berbagai media ke masyarakat.
Ditingkat stakeholder sudah melakukan baru konsolidasi dengan Pemerintah kabupaten/ kota agar melakukan upaya upaya lebih intens dengan pendeteksian bencana dimusim hujan karena sudah mulai berdampak, beberapa tempat sudah mulai melaporkan," papar Andi.
Menurutnya dari kesiapsiagaan kita sudah menyiapkan logistik, kalau masyarakat terdampak, persiapan misalnya terjadi, ada logistik yang sudah kita siapkan, peralatan sudah kita siapkan dalam kondisi readi, untuk di gerakkan termasuk menyiapkan posko sejak september 2020 kemaren sudah kita pantau," ucap Andi.
Tidak hanya pada musim kemarau tapi terkait banjir dan tanah longsor. Dampak sudah ada luapan luapan air, ada juga pohon pohon yang tumbang, sejak awal mari kita melakukan kesiapan untuk mengantisipasi.
Logistik sudah kita siapkan sebelum pandemi merebak, sampai dengan awal 2021 karena anggaran belum bisa dieksekusi sehingga kita memakai anggaran 2020," tandasnya.
Pada kesempatan sama Dosen Geografi FIS Unnes Semarang, Erni Suharini mengungkapkan bahwa kami lebih berperan dalam hal ini bagaimana mengedukasi tentang bencana itu, paling tidak masyarakat tahu, paham dan mengerti.
Selama ini di masyarakat mereka sebagian besar paham tentang bencana. Yang lebih dipertanyakan lagi adalah kalau sudah tahu bila terjadi bencana bagaimana ? karena selama ini bila terjadi bencana paling tidak bisa menolong dirinya sendiri, keluarga, orang lain," jelasnya.
Oleh karena itu lanjut Erni untuk pendidikan kebencanaan di masyarakat perlu, meskipun selama ini BPBD sudah melakukannya. Kami dari akademisi sudah melakukan baik di Perguruan Tinggi maupun di Sekolah Sekolah.
"Kami menyarankan dari sekolah baik tingkat PAUD sudah diberikan sehingga paling tidak masyarakat sudah ikut mengerti tentang bencana," ujar Erni.
Negara kita adalah negara yang rawan bencana. Semua masyarakat harus mendapatkan edukasi dan partisipasi terhadap rawan bencana. Karena selama ini kalau kita tidak mengedukasi secara terus menerus, partisipasi masyarakat yang terutama tidak terkena bencana sangat minim, beda dengan partisipasi masyarakat yang sudah terdampak bencana," pungkasnya.
# M. Taufiq.
Bagi masyarakat yang memiliki informasi
atau kejadian/peristiwa ditengah masyarakat,
atau berbagi foto dan video, silahkan chat ke 0812 6830 5177 atau
Email redaksi : [email protected]
Mohon dilampirkan data pribadi.
Komentar Via Facebook :