Ramadhan

Ramadhan Membentuk Muslim Yang Sejati

Ramadhan Membentuk Muslim Yang Sejati

Aunur Rofiq,S.Ag Guru Pendidikan Agama Islam.SMA Negeri 4 Semarang

 

SEMARANG AKTUALDETIK.COM - Pasca berakhirnya Ramadhan bukan berarti berakhir segalanya.Ada nilai yang harus terpatri dalam diri setiap muslim-muslimat yakni mengimplementasikan nilai-nilai puasa Ramadhan dalam kehidupan sebelas bulan kedepan.

Dan salah satu diantara tujuan puasa adalah membentuk pribadi yang bertaqwa dan menjadi muslim muslimat yang sejati. Kalau ingin mengharap menjadi muslim-muslimat yang sejati, atau muslim yang sungguh-sungguh, menurut hati nurani kita, keinginan itu wajar dan normal yakni menjadi muslim yang betul-betul muslim bukan muslim yang setengah-setengah, atau muslim yang hanya pencitraan.

Kalau umat Islam di Indonesia yang mayoritas ini menjadi muslim yang KAFFAH, Insya Allah akan sangat membantu mewujudkan masyarakat yang Madani yang aman, tentram, dan beradab, terhindar dari kejahatan, kemaksiatan, kekerasan, pornografi dan pornoaksi. Bagaimana untuk mewujudkan menjadi muslim yang sejati, tidak lain adalah dengan meyakini dan mengamalkan seluruh ajaran Islam secara total, tidak secara parsial.

Pertama : Kita yakin dengan sepenuh hati akan kebenaran dan keluhuran ajaran Islam. Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya :  “ Islam itu luhur dan tidak ada yang mengunggulinya," 

Kedua : Mengamalkan seluruh ajaran Islam, yang terdiri dari tiga bidang, yaitu : aqidah, syari’ah, dan akhlak. Dengan kata lain, menjadi orang Islam yang istiqomah, yang konsisten, tidak tergoyahkan oleh godaan apa pun yang bertentangan dengan syariat Islam.

Mengamalkan aqidah Islam berarti mengamalkan apa yang wajib kita imani, seperti halnya kita mengamalkan rukun Iman yang enam itu. Antara lain, beriman kepada Allah SWT, Yang Maha Esa. Kita dilarang berbuat syirik, atau menyekutukan Allah SWT. 

Berarti seorang muslim yang sejati dia tidak akan berbuat syirik, seperti : menyembah selain Allah, menyembah jimat-jimat, batu besar megkramatkan makam. Juga dilarang mempercayai praktek perdukunan dan tukang ramal. Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya :    “Barang siapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal dan mempercayainya maka dia termasuk telah mengingkari apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW”
   
Bidang syari’ah atau hukum-hukum agama, meliputi  hukum ibadah, hukum mu’amalah, hukum jinayah, dan lain-lain. Ibadah mengatur hubungan antara manusia dengan Allah SWT, seperti rukun Islam yang lima. Setiap muslim wajib menunaikan rukun Islam yang lima itu, yaitu, Syahadat, Shalat, puasa, zakat dan haji. Hanya saja, untuk pelaksanaan pembayaran zakat dan ibadah haji hanya bagi mereka yang mampu. 

Contoh rukun Islam, seperti ibadah yang berupa shalat lima waktu, wajib dijalankan oleh setiap muslim-muslimat. Jadi, seorang muslim yang sejati adalah muslim yang selalu taat menjalankan shalat lima waktu.
Hukum muamalah seperti perdagangan, pernikahan, perjanjian, persewaan, dan lain-lain. Hukum jinayah menyangkut larangan dan sanksi berzina, judi, khomer (minuman-minuman keras yang memabukkan), membunuh, mencuri, korupsi, merampok.

Bidang yang terakhir adalah akhlak, moral, atau budi pekerti adalah ajaran yang menyangkut baik buruknya sikap, ucapan, dan perilaku manusia seperti : sombong, tamak, dengki, pendendam, pengadu domba, pemfitnah, bakhil/pelit, menipu dan lain-lain. 

Bidang akhlak ini sangat penting, sesuai sabda Nabi Muhammad SAW  : “AD DIINU KHUSNUL KHULUQI”  yang artinya  “Agama itu akhlak yang bagus”. Agama Islam itu cermin dari bagusnya akhlak, seorang muslim yang sejati harus memiliki akhlak yang terpuji lagi mulia. Aamiin Ya Robbal ‘Alamin.
                              
       Oleh : Aunur Rofiq, S.Ag
Guru Pendidikan Agama Islam SMA 4 Semarang & Waka     Kesiswaan

Komentar Via Facebook :