Cadangan Batubara Melimpah, Proyek PTBA Muara Enim Jamin Pemasukan
.jpeg)
AKTUALDETIK.COM,- Proyek gasifikasi batubara PT.Bukit Asam akan menghasilkan 1,4 juta ton per tahun. Gasifikasi bersumber dari batubara kalori rendah yang berasal dari tambang Bukit Asam Tanjung Enim.
Hal ini terungkap pada saat Senin kemarin (10/1/22), Menteri Investasi/Kepala BKPM Republik Indonesia (RI) Bahlil Lahadalia didampingi Gub.Sumsel, Herman Deru dari Hotel Santika Premiere Palembang, melakukan pertemuan melalui virtual zoom meeting dengan Jajaran Direksi PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Pertamina.
Dirut PTBA, Arsal Ismail mengatakan proyek gasifikasi batu bara ini, adalah pengolahan batubara menjadi syngas untuk kemudian diubah menjadi methanol dan pada akhirnya diproses menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai produk akhir
"DME yang akan dihasilkan dari proyek ini direncanakan sebanyak 1,4 juta ton per tahun. DME tersebut inilah yang akan digunakan oleh Pertamina nantinya sebagai substitusi dari LPG," katanya.
Lebih lanjut Dirut Arsal mengatakan bahwa sinergi ini diharapkan menjadi salah satu langkah untuk menekan impor LPG.
Setiap malam, 50-100 truk berangkat mengantarkan batubara ke pembeli, entah ke pabrik tekstil, garmen, bata ringan, atau besi, yang 90% di antaranya berada di Pulau Jawa. Rata-rata ada 600 karung batubara per truk. Tiap karung, dengan berat sekira 40 kilogram, dihargai Rp10.000. Artinya, harga setiap ton batubara adalah Rp250.000.
Sebagai perbandingan, harga batubara acuan (HBA) sepanjang 2021 terus meningkat hingga menyentuh 161,63 dolar AS (Rp2,3 juta) per ton pada Oktober dari hanya 75,84 dolar AS pada Januari.
HBA ditetapkan sebulan sekali oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan digunakan sebagai patokan untuk penjualan batubara langsung secara free on board.
Dengan perhitungan di atas, omzet harian tambang rakyat di Muara Enim bisa menyentuh Rp600 juta per hari. Dari tahun ke tahun, perputaran uang ini terus meningkat dan kian banyak yang menggantungkan hidupnya dari batubara.
Bagi para pemain tambang rakyat, peduli setan dengan status ilegal. Pemerintah selama ini rajin membanggakan besarnya cadangan batubara di Pulau Sumatera dan kontribusinya terhadap pemasukan negara.
Perusahaan-perusahaan di Muara Enim, khususnya PTBA yang bagai raja di sana, juga terus mengeruk keuntungan dari batubara sembari memamerkan berbagai program tanggung jawab sosial yang telah mereka lakukan.
Batubara saat itu jadi komoditas primadona karena banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan dan pabrik bermesin uap di Eropa, seiring Revolusi Industri sejak abad ke-18. Karena itu, popularitas bebatuan hitam terus melesat hingga mengalahkan rempah-rempah, yang sebelumnya menjadi incaran utama para kolonialis di Nusantara.
Bahkan, saking besar potensi batubara di Sumatera, sempat muncul ungkapan Molukken is het verleden, Java is het heden, en Sumatera is de toekomst. Maluku adalah masa lampau, Jawa adalah masa kini, dan Sumatera adalah masa depan.
Saat pertama menjadi perseroan terbatas pada 1981, wilayah eksploitasi PTBA hanya 7.700 hektare. Pada akhir 2020, izin usaha pertambangan (IUP) yang dipegang perusahaan untuk aktivitas operasi dan produksi telah menyentuh 93.528 hektare, termasuk sekitar 66.000 hektare di dua kabupaten di Sumatera Selatan: Muara Enim dan Lahat.
Sepanjang 1981, produksi batubara PTBA hanya sekitar 50 ribu ton. Pada 2020, produksinya 24,8 juta ton. Itu bukan apa-apa bila dibandingkan total cadangan dan sumber daya batubara yang dikuasai perusahaan; masing-masing 3,2 miliar ton dan 8,6 miliar ton. Bila perusahaan mempertahankan angka produksi seperti tahun 2020 saja, cadangan arangnya baru bakal habis setelah 128 tahun.
Sebagai perbandingan, seluruh cadangan batubara di Sumatera mencapai 12,96 miliar ton, sementara sumber dayanya 55,08 miliar ton. Itu pun masih kalah dari Kalimantan, yang cadangan dan sumber dayanya menyentuh 25,84 miliar ton dan 88,31 miliar ton, merujuk data Kementerian ESDM.
Dua pulau itu memang lumbung energi kotor Indonesia.Seluruh pasokan batubara Indonesia berasal dari kedua pulau yang semakin rusak itu.
Komentar Via Facebook :