Apakah Perbedaan Menjadi Alasan Membunuh??

Gubernur Riau Dan Bupati Inhu, Diragukan Komitmennya Laksanakan Misi Astacita Presiden RI

Gubernur Riau Dan Bupati Inhu, Diragukan Komitmennya Laksanakan Misi Astacita Presiden RI

Foto: Ketua LPKKI, Feri Sibarani, Gubernur Riau, Abdul Wahid, Bupati Inhu, Ade Agus Hartanto

AKTUALDETIK.COM - Ibu Pertiwi kembali menangis melihat provinsi Riau yang masyarakatnya hidup ibarat anak ayam tanpa Induk. Maksudnya adalah, peristiwa bullying dan aniaya dan pembunuhan akibat perbedaan, di Inhu provinsi Riau menjadi bukti perilaku segelintir manusia yang justru melanggar HAM, karena minimnya pola ajaran dari pemerintah, yang juga hal ini menciderai misi Astacita Presiden RI Prabowo Subianto, yakni Memperkokoh ideologi Pancasila, demokrasi, dan hak asasi manusia (HAM). 03/06/2025.

Kenyataan diatas merupakan pernyataan yang disarikan dari salah satu pemimpin lembaga masyarakat, yang bernama Lembaga Pemantau Kebijakan Pemerintah dan Kejahatan di Indonesia (LPKKI). Menyikapi peristiwa sadis dan tidak berperikemanusiaan yang terjadi di sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Seberida Kabupaten Inhu Riau, pada 25 Mei 2025, tewasnya, seorang bocah laki-laki tak berdosa (KB) umur 8 tahun karena di bully dan dianiaya oleh kakak kelasnya yang berjumlah 5 orang. 

Menurut Ketua LPKKI, Feri Sibarani, SH, MH, saat memberikan pernyataan keprihatinannya dan kajiannya atas peristiwa itu di Pekanbaru, kejadian itu adalah buah dari pola ajar yang salah diterima oleh anak-anak sekolah tersebut, dan menjadi cerminan tentang kepemimpinan yang ada di sekolah SD yang bersangkutan, bahkan menjadi cerminan kepemimpinan kepala daerah yang bersangkutan, sekaligus menjadi cerminan kepemimpinan Gubernur Riau, Abdul Wahid. 

"Jika saja Gubernur Riau, Bupati Inhu, terutama Kepala Sekolah SD yang bersangkutan mengerti pola hidup berbangsa dan bernegara yang sesuai falsafah pancasila dan sembohyan bhinneka tunggal ika, terutama jika amanah dan menghormati misi presiden Prabowo tentang Astacita, maka peristiwa tersebut tidak akan pernah terjadi. Atas peristiwa ini, maka Gubernur Riau dan Bupati Inhu telah gagal melaksanakan poin pertama misi Astacita Presiden, yakni Memperkokoh ideologi Pancasila, demokrasi, dan hak asasi manusia (HAM)" Sebut Feri Sibarani. 

Ia juga mengatakan, peristiwa bullying dan aniaya di lingkungan sekolah Dasar di Inhu itu telah menggemparkan seantero Republik Indonesia, bahkan Dunia, dan sekaligus menjadi KADO utama untuk kepemimpinan 100 hari Gubernur Riau, Abdul Wahid dan Bupati Inhu, Ade Agus Hartanto. 

"Kita tidak melihat ada "SESUATU" apapun yang bernilai jual dari kinerja Wahid jelang 100 hari menjadi Gubernur Riau. Kemarin ada pernyataan pusing tujuh keliling karena defisit, sekarang heboh se jagad raya dengan adanya peristiwa pelanggaran HAM berat yang berakhir dengan kematian seorang anak pelajar SD di Inhu Riau, karena perbedaan suku, agama. Demikian juga Bupati Inhu, Ade Agus Hartanto, mungkin kejadian memilukan itu juga merupakan hadiah atas kepemimpinannya menjadi Bupati Inhu jelang 100 hari menjadi Bupati " Kata Feri Sibarani. 

Bahkan, Feri Sibarani tak lupa menyampaikan dalam pertemuan dengan beberapa awak media itu, seharusnya Gubernur Riau dan Bupati Inhu merasa malu dan merasa gagal sebagai pemimpin, karena peristiwa kematian pelajar karena faktor perbedaan suku agama itu merupakan bukti matinya sebuah ajaran saling menghargai dan tenggang rasa di antara sesama anak bangsa dalam sebuah kehidupan. 

"Jika pemimpin baik, maka masyarakatnya pasti baik. Jika pemimpin berlaku seakan-akan membiarkan begitu saja masyarakatnya dan tak mau perduli hal-hal yang bersifat kemanusiaan, maka rakyat akan ibarat hidup seperti anak ayam tanpa induk. Mereka akan saling patok, saling bunuh, dan tidak ada ketertiban, karena pola ajarannya tidak jelas, sehingga semua orang akan merasa sesuka-sukanya dalam bertindak. Inilah cerminan yang terjadi, sehingga peristiwa bullying dan aniaya di lingkungan sekolah terjadi " Katanya. 

Menurutnya, Gubernur Riau dan Bupati Inhu harusnya segera tampil bersama ke publik dan menyikapi peristiwa itu secara serius dan bertangungjawab atas kejadian itu kepada keluarga korban, bahkan kepada seluruh masyarakat Indonesia dan terutama kepada Presiden Prabowo, karena telah melanggar poin pertama dan yang utama dalam misi Astacita Presiden. 

Sumber: Liputan
Penulis: FIT

Komentar Via Facebook :